wkwkw
jadi kayak kebiasaan, aku nulis blog karena butuh mengeluarkan emosi yang ngak bisa dikeluarin lewat cara lain. nangis kok ya berlebihan, marah juga ngak pas. apa lagi ya.... hmmmm
lagi lagi, aku diingatkan bahwa indonesia adalah negara yang mementingkan hasil akhir daripada proses atau kejadian kemampuan didalamnya.. apapun itu, dibidang apapun itu.
kayak hukum termodinamika dan kinetik yang seing dibahas pak YA (re: yes friend) kalo dikelas.
"kalian besok jangan jadi manusia termodinamik ya, jadilah manusia kinetik" dulu nih ini sempet jadi soal di UAS MRA atau ELDAS ANOR. maksud dari bapak YA ini adalah, bahwa hukum termodinamika adalah hukum, eh pendekatan deng, pendekatan termodinamika adalah pendekatan yang hanya mementingkan awal dan akhir bukan proses didalamnya, yang penting delta= akhir-awal. gituaja. sedang pendekatan kinetik adalah pendekatan yang sangat mementingkan proses, tidak peduli bagaimana awal dan akhirnya. maka Beliau sangat menyarankan kita menjadi manusia kinetik, lets be kinetic kalo kata calon ketua kmk dulu.wkwkw
yah, sayang sekali bapak, saya mendukung prinsip bapak ini bahkan sejak saya smp;saya yakin setidak bisa menjawab apapun lebih baik daripada bisa menjawab tapi mencontek:' sejak smp pak, saya yakin untuk tidak bergantung pada yg lain. kalau saya tidak bisa mejawab berarti saya tidak berusaha belajar kemarin, kan? tapi bapak tahu kan? di sini pak, ditanah air kita segalahal dihitung dengan nilai, segala hal dikotak kotakkan menjadi angka dan huruf, dibuat patokan, kamu bodoh kamu pintar! segala hal dibuat levelnya, bahkan pedasnya geprek juga dilevelkan:'' orang orang ditanah air kita sangat suka mendiskretkan sesuatu, dalam kotak kotak klasifikasi. memang ada manfaatnya, namun, apakah segala hal harus untuk dinilai pak?
saya ingin tetap pada prinsip manusia kinetik, pak
namun, bapak tahu, setiap semester yang ditanya orang tua saya adalah ipk saya berapa? bukan kemampuan apasaja yang naik, apa yg kamu dapatkan, atau yang sederhana saja, apakah yang kamu inginkan tercapai, nak?duh pak, saya harus gimana nich?
apalagi ya pak, bagi saya yang katanya belum suka jurusan saya padahal sudah semestertuju, dan menyedihkan ini, tidak sangat tidak memprioritaskan pelajaran kuliah saya, yang bagi saya hanya sekedar teks tanpa ada praktik pak, saya juga bodoamat gimana bisa sinar x jadi alat x-raydifraksi, bodoamat tentang sinar x, yang dibagi x-alfa, x-beta pak, saya lebih suka gimana saya di lab, bikin ini dengan reaksi kondensasi claisen, apa yg lain:'yang real pak, nyata. makanya saya bela-belain pkl dulu:')
tapi ya gimana ya pak:' kalodosen dosen saya yang lain, lebih suka murid yang pandai menghafal, dibuktikan dengan soal ujian yg sama dr tahun ketahun(yang untuk saya, yang percaya "ahngak , mungkinlah sama, emang kita anak sd, kayak un, diganti angka doang") ternyata soalnya sama pak:)))luv luv banget kan pak
lalu pak, ya ini ngak untuk semua kasus sih pak, tapi ada.
dari semester satu nih pak, sebelah saya pasti nyontek saya, kalo ngak pasti keluar dijam jam tertentu, buka hp dikamar mandi, bahkan nih pas nilai dipasang dulu, nilai kita plek sama, dan bapak tau, ipknya selangit pak:') gimana tu pak, jalan hidup yang dipilih emang beda ya
dan dimana yang ditanya ipk berapa emang? itu agak bikin muak sih, ipk, hasil akhir, rangking. hihhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
iya, ipk tinggi tapi blablabla
ya tidak semua ya, tapi ada.
dan itulah alasan kenapa saya tidak suka dijudge dengan nilai. karena, kamu bukan Tuhan yang dari nilai bisa tahu gimana prosesnya. bisa jadi nilai segitu ada banyak cacat didalamnyayang kamu enggaktahu. siapapun tidak tahu.kecuali diujicoba, divalidasi,klarifikasi, sesuai?
jangan sampai,yang lamaran pekerjaannya dari nilai, hanya beli kucing dalam karung. saya benci itu.
dan ya, gimana ya, aku pengen emang, tapi setelah tahu gitu, aku jadiengak suka. kamu ngaktahu bahwa yang kamu pilih gimana:' dan kamu langsung judge. harusnya dikasih tanda dong,yg min ipknyasekian, jd sadardiri kan.
dan jadi referensi buat aku sendiri milih kerja besok,
milih kerja di:
-ipk bukan segalanya, tapi skill yang aku punya, kemampuanku yang dihargai
-di tempat yang aku bisa berproses jadilebih baik, sambil nguntungin perusahaan itu.
aku yakin, masih banyak hrd yang ngak nyari ipk gede aja, tapi kreativitas mungkin? inovasi mungkin? pandangan kedepan? kemampuan menyelesaikan masalah? mengambil risiko dengan memperhitungkannya? kalo itu saya yakin bisa bersaing pak hrd, nak ipk doang, yagimana ya, saya ngak pernah peduli dr dulu:)
yah semoga, nantinya sistem di indonesia lebih baik ya