Rabu, 14 Februari 2018

membicarakan sepi, dan sedih
kenapa ya?
kenapa aku bersedih, sedang gagalpun kamu sudah biasa, kan?
tapi aku capek gagal, aku pengen udah aja.
tapi kalo udah, nanti ngakpake baju kebaya+toga ya.
tapi aku capek
capek
banget
capek mental, fisik mungkin masih kuat
tapi
dalemku yang udah capek
iya, semua udah ada jalan
tapi kadang ngerasa  ngak adil karena nasha dan teguh  gampang
tapi ngak boleh iri
ngak boleh  biarin penyakit hati menjamur.
kamu kuat pik,
aku selalu bareng kamu kok

Nurra,
ikut merasakan jadi  kamu

Jumat, 09 Februari 2018

BALADA MAHASISWA SEMESTER TUJU YANG TIDAK MERASA TERTARIK DENGAN JURUSANNYA

wkwkw
jadi  kayak kebiasaan, aku nulis blog karena butuh mengeluarkan emosi yang ngak bisa dikeluarin lewat cara lain. nangis kok ya berlebihan, marah juga ngak pas. apa lagi ya.... hmmmm

lagi lagi, aku diingatkan  bahwa indonesia  adalah  negara  yang  mementingkan hasil  akhir daripada proses atau kejadian kemampuan didalamnya.. apapun itu, dibidang apapun itu. 

kayak hukum termodinamika dan kinetik yang seing  dibahas pak YA (re: yes friend) kalo dikelas.
"kalian besok jangan jadi manusia termodinamik ya, jadilah manusia  kinetik" dulu nih  ini sempet jadi soal di UAS MRA atau ELDAS ANOR. maksud dari bapak YA ini adalah, bahwa hukum termodinamika adalah  hukum, eh pendekatan deng, pendekatan termodinamika adalah pendekatan yang  hanya mementingkan awal dan akhir bukan proses didalamnya, yang  penting delta= akhir-awal. gituaja. sedang pendekatan kinetik adalah pendekatan yang sangat mementingkan  proses, tidak peduli bagaimana awal dan akhirnya. maka Beliau sangat menyarankan  kita menjadi manusia kinetik, lets be kinetic kalo kata calon ketua kmk dulu.wkwkw

yah, sayang sekali bapak, saya mendukung prinsip bapak ini bahkan sejak saya smp;saya yakin setidak bisa menjawab apapun lebih baik daripada bisa menjawab tapi mencontek:' sejak smp pak, saya yakin untuk   tidak bergantung pada yg lain. kalau saya tidak bisa mejawab berarti saya tidak berusaha belajar kemarin, kan? tapi bapak tahu kan? di sini pak, ditanah  air  kita segalahal dihitung dengan nilai, segala hal dikotak kotakkan  menjadi angka dan  huruf, dibuat patokan, kamu bodoh kamu pintar! segala hal dibuat levelnya, bahkan pedasnya geprek juga dilevelkan:'' orang orang ditanah air  kita  sangat suka mendiskretkan  sesuatu, dalam kotak kotak klasifikasi. memang ada manfaatnya,  namun, apakah segala hal harus untuk dinilai pak?

saya ingin tetap pada prinsip manusia  kinetik, pak

namun, bapak tahu,  setiap semester  yang  ditanya orang tua saya adalah ipk saya berapa? bukan  kemampuan apasaja yang naik, apa  yg kamu  dapatkan, atau yang sederhana  saja, apakah yang kamu inginkan tercapai, nak?duh pak, saya harus gimana nich?

apalagi ya pak, bagi  saya yang katanya belum suka  jurusan saya padahal sudah semestertuju, dan menyedihkan ini, tidak sangat tidak  memprioritaskan pelajaran kuliah saya, yang bagi saya hanya sekedar teks tanpa ada praktik pak, saya juga bodoamat gimana bisa sinar x jadi alat  x-raydifraksi, bodoamat tentang sinar x, yang dibagi x-alfa,  x-beta pak, saya lebih  suka gimana saya di lab, bikin ini dengan reaksi kondensasi claisen, apa yg lain:'yang real pak, nyata.  makanya saya bela-belain pkl dulu:')  

tapi  ya gimana ya pak:' kalodosen dosen saya yang lain, lebih  suka murid yang pandai menghafal, dibuktikan dengan soal ujian yg sama dr tahun ketahun(yang untuk saya, yang percaya "ahngak , mungkinlah sama, emang kita anak sd, kayak un,  diganti angka  doang") ternyata soalnya sama pak:)))luv luv banget kan pak

lalu  pak, ya ini  ngak untuk semua kasus sih pak, tapi ada.
dari semester satu nih pak, sebelah saya pasti nyontek saya, kalo ngak pasti keluar  dijam jam  tertentu, buka hp dikamar mandi, bahkan nih pas nilai dipasang dulu, nilai kita plek sama, dan bapak tau, ipknya selangit pak:') gimana tu pak, jalan hidup yang dipilih emang beda ya

dan dimana yang ditanya ipk berapa emang? itu agak bikin muak sih, ipk, hasil akhir,  rangking. hihhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
iya, ipk tinggi tapi  blablabla

ya tidak semua ya, tapi ada. 
dan itulah alasan kenapa saya tidak suka dijudge dengan nilai. karena, kamu bukan  Tuhan yang dari nilai bisa tahu gimana prosesnya. bisa jadi nilai segitu ada banyak cacat didalamnyayang kamu enggaktahu. siapapun tidak tahu.kecuali diujicoba, divalidasi,klarifikasi, sesuai?
jangan sampai,yang lamaran pekerjaannya dari nilai, hanya beli kucing dalam karung. saya benci itu.

dan ya, gimana ya, aku pengen emang, tapi setelah tahu gitu, aku jadiengak suka. kamu ngaktahu bahwa yang kamu pilih gimana:' dan kamu langsung judge. harusnya dikasih tanda dong,yg min ipknyasekian, jd sadardiri kan.

dan jadi referensi  buat aku sendiri milih  kerja besok,
milih kerja di:
-ipk bukan segalanya, tapi skill yang aku punya, kemampuanku yang dihargai
-di tempat yang aku bisa berproses jadilebih baik, sambil nguntungin perusahaan itu.

aku yakin, masih  banyak hrd yang ngak nyari ipk gede  aja, tapi kreativitas mungkin? inovasi mungkin? pandangan kedepan? kemampuan  menyelesaikan masalah? mengambil risiko dengan memperhitungkannya? kalo itu saya yakin bisa bersaing pak hrd, nak ipk doang, yagimana ya, saya ngak pernah peduli dr dulu:)


yah semoga, nantinya sistem di indonesia lebih baik ya