Jumat, 09 Juli 2021

Cerita Kelahiran Naja

Berbicara mengenai kelahiran putra pertamaku, adalah tentang mei penuh airmata. Padahal aku tidak menangis secara nyata, namun setiap hari hatiku teriris, lukanya tidak bisa hanya diwakilkan oleh tangisan saja. Lebih dari itu.

Naja Ahsan, kamu lahir lebih cepat 11 hari dari Hari Perkiraan Lahir (HPL)mu nak, yang sangat tidak diduga bertepatan saat ibukmu ini masih isolasi di RS Lapangan Khusus Covid. iya, kamu lahir saat ibu masih positif covid.

resiko lahir di RS Covid, yaa.. tak ada bapakmu disamping ibu saat ibu berusaha melahirkanmu, tak ada teriakan jeritan ibu, tak ada tangisan air mata ibu meminta sesar, tak ada yang mengelus kepala ibu menguatkan. ibu menahannya semua sakit dan rasanya dalam hati, ibu mencoba kuat, apalagi setelah ibu tau ibu postif covid, ibu sudah menjadi kuat berkali lipat.

hanya ada 3 bidan dan satu dokter dengan apd lengkap, memutarkan surat Ar-Rahman dan Al Mulk, menemani bukaan ibu lengkap. 

sejak ibu melihat ada lendir darah di hari sebelumnya, doa ibu ibu kencangkan, semoga, semoga tidak melahirkanmu di sini, karna isolasi ibu tinggal dua hari lagi nak.  ibu ingin bersama bapakmu, juga uti. Apalagi mendengar cerita orang-orang yang sudah bukaan satu tapi bisa saja lahiran minggu depan, membuat ibu optimis nak harapan ibu naik melejit, namun runtuh keesokan harinya, saat ibu mulai merasa nyeri yang ternyata kontraksi, nyerinya semakin sakit di jam 6 sore. di kamar ibu isolasi ada 2 orang lain, mbak silvi dan satu lagi ibu hamil 30 minggu adelia. sehabis magrib ibu minta tolong mbak silvi untuk menelfon ruang depan, untuk bilang ibu merasa sudah kontraksi, jam 7 bidan datang menggunakan apd level biasa, duduk disamping ibu, merasakan seberapa sering kontrasi dan mengecek pembukaan, ternyata baru pembukaan satu.

bapak mu menemani ibu lewat vidcall nak, mengaji dan terus berdoa. sedang ibu sudah tidak bisa berpikir jernih, ibu mencoba menenangkan hati dan ikhlas jika lahiran disini. kata ibu bidan jika kontraksinya semakin sering boleh menelfon lagi. karena resiko juga untuk bu bidan jika terlalu sering masuk ruang isolasi. menunggu bukaan bertambah, ibu berjalan naik turun kasur, jongkok dan melakukan banyak hal, disemangati dua orang dikamarku. sampai pukul 9 rasanya ibu pengen pup, ibu minta tolong mbak silvi menelfon lagi. bidan datang 30 menit berselang, dan memutuskan untuk memindahkan ibu di ruang bersalin. bidan mengecek bukaan ibu, dan ternyata masih 3:' padahal rasanya udah enggak kuat. bu bidan izin meninggalkan ibu untuk ganti apd lengkap yang putih-putih itu. tapi ibu takut sendirian, akhirnya mbak silvi menemani ibu sampai pukul 10 dan bidan datang lagi, hp ibu ibu beri ke mbak silvi untuk mengabari bapakmu nak. 

rasanya setiap kontrasi menyakitkan nak, ibu mengenggam tiang infus yang mengantikan lengan bapakmu, dengan ibu bidan menyangga kaki tiang. ibu tidak menjerit, ibu tidak menangis. ibu merasa sudah sangat merepotkan ibu bidan jika ibu bertingkah seperti ibu melahirkan pada umumnya, ibu meringis menahan kontraksi, berdoa, istigfar. jam rasanya lamaa nak.

pukul 11 ibu bidan bilang, bapakmu menunggu diluar nak bersama akung dan uti, ibu melihat bayangannya dibalik pintu kaca buram itu, bapak mondar mandir menemani kita.

selama menunggu bukaan ibu makan coklat dari bapak beberapa hari lalu dan minum air putih, kata bidan demi ibu punya tenaga untuk ngeden nak.

pukul 2 pagi ibu udah enggak kuat mas, ibu bilang, buk udah pengen ngeden banget, ibu bidan langsung mengecek bukaan dan yap bukaan 10, tapi kepalamu belum turun nak:' ibu menunggu bebrapa kontraksi lagi, sampai akhirnya ibu boleh ngeden. 

ngeden nggak boleh pakai suara kata ibu bidan, dipercobaan ke 3 ibu mendengar tangisanmu, lelah ibu, sakit ibu ajaibnya hilang.  bu bidan membersihkanmu, mengukur, dan memakaikanmu baju. ibu melihatnya sambil menahan sakit dijahit. Ibu tidak bisa IMD langsung, ya karena ibu masih positif nak, takut kamu tertular. kita dipisahkan pagi itu juga, bahkan sebelum ibu bisa memegang tanganmu barang sebentar. kamu keluar, rencananya kalau swab pcrmu negatif mas naja boleh pulang.

3 jam kemudian ibu kembali ke kamar isolasi, dan apapun ibu lakukan sendiri, sesekali dibantu mbak silvi tentunya. ke kamar mandi, makan, mandi, ambil minum. bedanya ada infus di tangan ibuk. pukul 11 siang ibu dipanggil untuk menyusuimu mas, ibu deg-gdegan, tapi sayangnya kamu bobok dan enggan bangun, sekeras apa ibu membangunkan. kita berjumpa kurang lebih sejam, karena ibu baru tau kalau kamu minum ketuban ibu yang udah menghijau nak, dan perlu dirujuk ke nicu rumah sakit daerah.

2 hari sisa isolasi ibu dan bapak mencoba memerah asi barang satu tetes dua tetes, bapak membawanya dari RS ibuk ke RS mu, setiap 2 jam mas. ibu tidak menangis meski asi yang keluar hanya berupa rembesan. meskipun tekanan datang dari mana mana, untungnya bapakmu tidak menekan ibu nak:')

selama 2 hari itu bapak tidur dikolong rumah sakit beralaskan jaketnya atau dikursi tunggu, meski bapak tidak bisa berjumpa denganmu juga. 2 hari yang berat, dan ternyata ibu masih harus isolasi 4 hari lagi, sampai benar2 boleh berjumpa denganmu.

ibuk dan bapak karna harus mengatar asi 2 jam sekali ibuk bapak memutuskan mencari kontrakan disana, tapi hanya bertahan sehari, ibu takut melihat ular hehehe. sisanya ibu isolasi dikamar atas, dengan uti dan pakde yang mengantarkan asi setiap pagi dan sore

26 mei 2021

hari pertama ibu melihatmu dan mengendongmu setelah hampir seminggu ibu tidak melihatmu, mas naja kuning:')

perawatan mas naja setelah sampai rs adalah diberi antibiotik, ibu tidak membayangkan tangan kecil itu ditusuk jarum, mas naja juga di swab lagi, karena pihak rs takut kalau penyebab paru-paru mas naja sakit karna covid. alhamdulillah 2 kali pcr mas naja negatif. mas naja kuat.

di hari ke 4 mas naja kuning, mas naja harus di sinar berkali kali, sempat membaik tapi sepertinya salah hitung kadar bilirubin, karena mas naja masih tampak kuning. ibu sempat menemani mas naja di sinar di terapi sinar terakhir, dan alhamdulillah kadarnya menjadi sedikit, dan 29 mei sore mas naja boleh pulang.

29 mei itu juga bapak pertama kali melihat mas naja dengan jelas, akhirnya alhamdulillah kita bertiga bisa berkumpul nak. 

besok besok mas, ibu ceritakan bagaimana ibu bisa kena covid dan berlebaran di rs covid dan bagaimana ibu khawatir 2 minggu pertama mas naja dirumah. 

semoga keluarga kecil kita selalu bersyukur karna oleh Allah masih diberi kesehatan nak. semoga kelak mas naja jadi anak yang baik, sholeh dan selalu bersyukur